Sinaga (2010) memaparkan pada pH tanah netral unsur hara mudah larut dalam air, sedangkan pada tanah asam unsur P tidak dapat diserap tanaman karena diikat (difiksasi) oleh Alumunium (Al). Hasil pH tanah di lokasi SKB dan CKB berkisar antara 3,5-3,9 (Tabel 3) sehingga tanah pada kedua lokasi tersebut tergolong sangat asam (<4,5) (Analisis KandunganK dan P2O5, KTK, Cu, Fe dan Mn umumnya rendah dan secara umum terdapat permasalahan pada pH tanah yang rendah. pH tanah sebagian besar kurang dari 6, pada kondisi ini maka serapan hara oleh tanaman kopi bisa mengalami hambatan, oleh karena itu perlu adanya upaya peningkatan pH tanah dengan cara pengapuran atau pemberian pupuk yang Untukkekurangan senyawa nitrogen dalam nutrisi manusia dan hewan. Semua tanaman membutuhkan pasokan yang cukup dari macronutrients untuk pertumbuhan yang sehat, dan nitrogen (N) adalah nutrisi yang umumnya dalam persediaan terbatas. Nitrogen kekurangan tanaman dapat terjadi ketika bahan organik dengan kandungan karbon tinggi, seperti serbuk 42.Penutup. Demikian laporan praktikum biologi tentang uji kandungan zat pada makanan. Semoga dapat digunakan sebaik baiknya dan dapat menambah ilmu dan pengetahuan tentang kandungan zat pada makanan. Penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan laporan ini. Semoga laporan praktikum biologi ini bisa menjadi pelengkap tugas Vay Tiền Nhanh Chỉ Cần Cmnd. Bagi Anda yang ingin bercocok tanam, idealnya Anda wajib mengetahui keadaan usur hara dalam tanah terlebih dahulu. Apakah keadaan tanah tersebut sudah cukup kandungan unsur haranya atau kurang? Dengan uji laboratorium sebenarnya pertanyaan tersebut dapat Anda pecahkan. Tetapi dibutuhkan biaya, prosedur serta waktu yang lama untuk melakukan uji tersebut. gambar kandungan unsur hara pada tanah Dalam dunia pertanian mengetahui keadaan unsur hara esensial tanah sebelum Anda melakukan tanam adalah penting. Karena jika terjadi kekurangan salah satu unsur hara esensial mikro dan makro pada tanah, akan berpengaruh pada pertumbuhan dan hasil panen tanaman. Pada pembahasan kali ini kami akan memberikan informasi yang menarik untuk Anda baca. Dengan kemunculan teknik baru yang akan lebih memudahkan Anda, untuk menguji kandungan unsur hara tanah sendiri, dengan biaya yang murah dan juga mudah dipraktekan. Teknik baru ini disebut MOET Minus One Element Technique. Kemunculan teknik MOET ini pertama kali ditemukan oleh seorang konsultan senior agronomi yang bernama Doktor Cesar Mamaril. Selain sebagai konsultan beliau juga merupakan pensiunan dari Badan Pusat Riset Tanaman Padi International IRRI. Dr. Cesar Mamaril bersama rekannya mencoba mengembangkan teknik MOET ini di wilayah datar rendah. Pada pembahasan sebelumnya Dr. Cesar Mamaril juga pernah menyampaikan mengenahi manfaat serta kegunaan metode unsur hara minus satu MOET yang beliau paparkan pada majalah RiceToday. Dari 16 jumlah unsur hara yang dibutuhkan tanaman, sebanyak 13 unsur hara didapatkan tanaman dari tanah. Meliputi Ca Kalsium, Kalium K, Nitrogen N, Pospor P, Sufur S, Magnesium Mg, Besi Fe, Tembaga Cu, Seng Zn dan Mn Mangan. Serta sisa 3 unsur hara berasal dari udara O oksigen, C Karbon dan H Hidrogen. Pada budidaya tanaman jika kekurangan salah satu unsur tersebut, maka tanaman akan tumbuh tidak normal. Agar kebutuhan usur hara esensial dapat tercukupi dengan baik oleh tanaman, maka Anda perlu melakukan pemupukan pada media tanamnya. Akan tetapi yang menjadi masalah dalam pemupukan adalah ukuran, maupun dosis yang kadang tidak sesuai dengan kondisi kebutuhan tanah tersebut. Hal ini justru membuat pemberian pupuk menjadi rutinitas berdasarkan ajuran saja, tanpa memperhatikan setatus tanah. Untuk mengatasi pemborosan pengunaan pupuk, Anda membutuhkan informasi mengenahi kandungan unsur hara pada tanah yang akan ditanami. Mengetahui kandungan tanah sebelum tanam Mengecek Kadungan Unsur Hara dengan Teknik MOET Penerapan teknik MOET ini diharapkan dapat membantu Anda untuk mempermudah dalam kegiatan usaha tani. Teknik ini dimaksudkan agar Anda cukup menambahkan salah satu unsur hara yang menjadi kekurangan pada tanah. Analisa kandungan hara tanah yang kurang, dapat Anda deteksi dengan cara tidak mengikut sertakan salah satu unsur saat pemupukan minus satu. Kemudian Anda akan melihat secara langsung dampak yang ditimbulkan dari pengurangan salah satu unsur pada tanaman. Hal ini bisa Anda praktekan dengan mengambil sampel tanah pada lahan. Uji coba teknik MOET ini sudah dipraktekan oleh Dr. Mamaril di Pilipina. Dengan melakukan sampel dilahan pertanian dataran rendah. Uji coba dilakukan dengan mengunakan formulasi unsur N, K, Zn, P, CU dan S, dalam hal ini hanya 6 usur yang digunakan, dengan alasan di Pilipina sebagian besar lahan padi dataran rendah selalu kekurangan 6 kandungan unsur hara tersebut. Formulasi uji MOET dilakukan dengan minus satu unsur yakni Minus P tanpa ada kandungan P, namun 5 unsur yang lain ada, minus N, minus K, minus Zn, Minus CU, minus S dan unsur lengkap mengandung 6 unsur hara. Untuk lebih jelasnya Anda bisa mempraktekan teknik MOET pada uji coba sederhana sebagai berikut ini Pertama Anda harus ambil sampel tanah pada lahan, masukan sampel tersebut kedalam polybag atau pot berukuran 4 hingga 5 kg, kemudian masukan formulasi unsur hara pada polybag tersebut. Jika lahan yang Anda miliki seluas satu hektar maka ambil sampel tanah sebanyak 35 titik lokasi, agar lebih merata. Akan tetapi jika kondisi lahan model bertingkat atau teras iring sebaiknya titik sampel diambil lebih banyak lagi. Catatan tanah diambil pada lahan sebelum diolah atau dibajak. Siapkan bibit tanaman misal padi umur 12 hari sebanyak 5 batang yang ditanam ke media polybag tersebut. Biarkan kondisi tanah tetap tergenang air. Dalam uji coba Anda wajib menggunakan air yang berasal dari sumber mata air yang sama. Setelah berjalan minimal 10 hari, amati pertumbuhan tanaman, selanjutnya lakukan penyeleksian pada tanaman padi dan sisakan hanya 2 batang tanaman yang memiliki pertumbuhan paling bagus. Percobaan mengunakan teknik MEOT Dalam waktu 30 hari kemudian Anda sudah bisa melihat hasilnya. Caranya amati tanaman dan lakukan perbandingan pertumbuhanya. Anda bisa lihat secara fisik mana tanaman yang tumbuh dengan baik, yang kurang dan berada di polybag atau pot dengan formulasi yang mana minus unsur apa. Jika hasil seluruh tanaman tumbuh dengan baik dan seragam, itu artinya tanah yang ada di lahan Anda, tidak kekurangan unsur hara. Tetapi jika terjadi ketimpangan pertumbuhan, Anda bisa mengidentifikasi unsur hara apa yang kurang dan di titik lokasi mana Anda akan memberikan pupuk dengan jumlah sesuai kebutuhan. Teknik MOET ini tergolong sangat mudah dilakukan, lebih menghemat biaya dan dapat meminimalisir resiko kerugian, akibat pengeluaran biaya pemupukan yang tidak tepat sasaran. Sehingga pendapatan dalam usaha tani dapat Anda dioptimalkan. Meski terlihat sederhana, namun harus Anda akui penemuan cerdas Dr. Cesar Mamaril ini sangat bermanfaat bagi kalangan petani kecil. Silahkan share info agri ini, agar bisa membantu petani kita… Dimuat dari berbagai sumber - Unsur hara menjadi salah satu faktor lingkungan yang memengaruhi laju pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanpa unsur ini, tanaman tidak dapat tumbuh normal. Sehingga kebutuhan unsur hara pada tanaman harus dipastikan itu unsur hara? Pengertian unsur hara Dikutip dari buku Pupuk dan Pemupukan 2021 oleh Nur Indah Mansyur, unsur hara adalah unsur kimia tertentu yang dibutuhkan tanaman dalam memenuhi keperluan fisiologisnya. Setidaknya ada 16 jenis unsur hara yang mutlak diperlukan tanaman untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Contohnya, antara lain karbon C, hidrogen H, oksigen O, nitrogen N, kalium K, kalsium Ca, zat besi Fe, tembaga Cu, dan boron B. Baca juga 8 Jenis Mikronutrien Tumbuhan beserta FungsinyaDilansir dari buku Cerdas Beragrobisnis Mengubah Rintangan Menjadi Peluang Berinvestasi 2003 karya F. Rahardi, unsur hara adalah nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Setiap harinya, tanaman menyerap kandungan unsur hara dalam tanah. Dengan begitu, kandungannya pasti berkurang. Oleh sebab itu, unsur hara bisa ditambahkan dalam bentuk pupuk. Adapun pupuk yang bisa digunakan adalah pupuk organik, seperti pupuk kandang, kompos, humus, maupun pupuk kimia. Fungsi unsur hara Menurut Try Koryati, dkk dalam buku Fisiologi Tumbuhan 2021, fungsi unsur hara adalah Menyusun struktur sel Mengatur atau berperan dalam tekanan osmotik dan turgor tegangan dalam sel tumbuhan ketika vakuola penuh dengan zat cair sel Berperan dalam reaksi transfer energi Sebagai katalisator reaksi Pengatur reproduksi tanaman. Baca juga 9 Unsur Makronutrien pada Tumbuhan beserta Kegunaannya Dikutip dari buku Ilmu Kesuburan Tanah dan Pemupukan 2021 karangan Rianida Taisa dkk, secara umum, fungsi unsur hara adalah membantu tanaman memenuhi kebutuhannya. Unsur hara yang diserap tanaman sangat bermanfaat untuk menunjang pertumbuhan dan metabolismenya. Sehingga unsur hara tidak boleh digantikan dengan unsur lainnya. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Jakarta, – Peneliti Balai Penelitian Tanah Balittanah, Badan Litbang Pertanian berbagi informasi terkait Smart Soil Sensing Kit dan Pertanian Berkelanjutan dalam Kuliah Umum Program Studi Ilmu Tanah, Universitas Sebelas Maret UNS Solo melalui aplikasi Zoom pada pengujung Juni 2021. Kuliah umum ini dibuka oleh Kepala Program Studi S1 Ilmu Tanah, Mujiyo dan diikuti lebih dari seratus peserta yang terdiri dari akademisi, mahasiswa dan umum. Mujiyo menyampaikan dengan kuliah umum ini diharapkan dapat sharing informasi terkait hasil-hasil penelitian dan kerjasama antara Balittanah dan Balittanah, Adha Fatmah Siregar menyampaikan materi Soil Sensors for Precision Agriculture. Adha menyampaikan bahwa dengan perkembangan teknologi maka sektor pertanian juga tidak ketinggalan, dan ikut berkontribusi dalam menghasilkan inovasi teknologi untuk mendukung sektor pertanian. Salah satu yang telah dihasilkan dan terus dikembangkan adalah Smart Soil Sensing Kit. “Alat ini merupakan Smart soil sensing kit ini merupakan terobosan teknologi advance menggunakan near infra red NIR yang digunakan untuk mengukur sifat kimia dan fisika tanah dan dilengkapi dengan rekomendasi pemupukan,” ungkap itu, Peneliti senior Balittanah Wiwik Hartatik menyampaikan materi Kesuburan Tanah untuk Pertanian Berkelanjutan. Dalam paparannya, Wiwik menyampaikan akan pentingnya memahami karakteristik tanah dalam pengelolaan lahan pertanian. Lebih lanjut disampaikan bahwa pemupukan berimbang berdasarkan status hara tanah dan kebutuhan hara tanaman perlu dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman, efisiensi pemupukan, mengurangi pencemaran lingkungan serta tercapainya pertanian yang TeknologiSmart Soil Sensing Kit S3K dikembangkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balitbangtan melalui Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian BBSDLP. Perangkat S3K versi yang diluncurkan pada Hari Tanah Sedunia 5 Desember 2019 merupakan terobosan teknologi untuk mengetahui hara tanah dengan sebuah kesempatan, Kepala BBSDLP Husnain mengatakan, “Smart Soil Sensing Kit ini merupakan terobosan teknologi advance yang berupa alat deteksi cepat untuk mengetahui hara tanah. Jadi petani dapat langsung mengetahui keadaan tanah di lahannya tanpa harus lama menunggu hasil lab. Rekomendasi pupuknya juga tersedia di Smart Soil Sensing Kit ini.” Sifat tanah yang dapat diukur oleh S3K ini diantaranya pH, tekstur, kapasitas tukar kation KTK, kejenuhan basa KB dan beberapa unsur hara tanah, yaitu C, N,P, K, Ca, Na, dan Mg. Dengan diketahuinya sifat-sifat tanah tersebut, maka petani dapat mengetahui penanganan dan rekomendasi pupuk yang diperlukan untuk mencapai produktivitas yang rekomendasi pupuk juga tersedia pada S3K yang terdiri dari pupuk untuk tanaman padi, jagung, dan kedelai dengan pilihan jenis pupuk tunggal ataupun majemuk NPK 151515. Pengembangan tetap dilakukan sejak tahun 2017 teknologi ini diinisiasi, termasuk feature untuk rekomendasi pupuk tanaman hortikultura dan S3K akan terus dikembangkan seperti pemutakhiran pada rekomendasi pemupukan komoditas perkebunan dan hortikultura. Selain itu, dilakukan pengembangan S3K yang berbasis S3K versi ini memanfaatkan Sensor Near Infrared NIR dengan panjang gelombang 1300-2600 nm. Diharapkan dengan adanya S3K ini, maka kebutuhan akan informasi status hara tanah dan rekomendasi pupuk dapat tersedia dengan cepat, tepat dan akurat. Sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanah dan tanaman serta kesejahteraan petani Indonesia. Sumber Balittanah Soil nutrient availability maps are needed to be used as a basis for managing fertilizer use, as well as soil acidity pH values. If the nutrient status of N, P, K and soil acidity is known, it is expected that the dosage of fertilization of each land can be done in accordance with thenutrient status. It can also reduce the cost of fertilization. This study aims to determine the factors of land affecting the distribution of nutrients N P K and soil pH. The research was conducted in Gugut Village, Rambipuji District, Jember from June to August 2016. The research was conducted by using free grid survey method with semi-detailed survey rate of 1 scale. The distribution pattern of each nutrient status was analyzed by matrix method approach to find out the factors that most influence the distribution of nutrients N, P, K and pH. From the result of research, map of nutrient distribution of N, P, K is almost similar to the result of geological map overlay, landform, land use and altitude. According to Wilding and Drees 1983, the diversity of nutrient status can be due to differences in lithology / parent material, climate, erosion, biological influences, and hydrology. The N, P, K soil availability map only meets of the elevation map section. Therefore, the temporal nutrient status mapping can not be generated based on existing land map units so it is advisable to use the rigid grid method. While soil pH maps are almost similar to overlays between geological maps, landforms, land use and climate. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 109 Buana Sains Vol 18 No 2 109 - 124, 2018 SEBARAN UNSUR HARA N, P, K DAN PH DALAM TANAH Bambang Siswanto Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Tribhuwana Tunggadewi Abstract Soil nutrient availability maps are needed to be used as a basis for managing fertilizer use, as well as soil acidity pH values. If the nutrient status of N, P, K and soil acidity is known, it is expected that the dosage of fertilization of each land can be done in accordance with thenutrient status. It can also reduce the cost of fertilization. This study aims to determine the factors of land affecting the distribution of nutrients N P K and soil pH. The research was conducted in Gugut Village, Rambipuji District, Jember from June to August 2016. The research was conducted by using free grid survey method with semi-detailed survey rate of 1 scale. The distribution pattern of each nutrient status was analyzed by matrix method approach to find out the factors that most influence the distribution of nutrients N, P, K and pH. From the result of research, map of nutrient distribution of N, P, K is almost similar to the result of geological map overlay, landform, land use and altitude. According to Wilding and Drees 1983, the diversity of nutrient status can be due to differences in lithology / parent material, climate, erosion, biological influences, and hydrology. The N, P, K soil availability map only meets of the elevation map section. Therefore, the temporal nutrient status mapping can not be generated based on existing land map units so it is advisable to use the rigid grid method. While soil pH maps are almost similar to overlays between geological maps, landforms, land use and climate. Keywords Map; nutrient elements N; P; K; pH Pendahuluan Peta status hara N, P, dan K dapat menggambarkan ketersediaan unsur N, P, dan K dalam tanah, apakah dalam kondisi rendah, sedang atau tinggi. Status unsur hara N, P, dan K penting untuk diketahui, karena dapat digunakan sebagai dasar penetapan jenis dan dosis pupuk. Peta kemasaman tanah pH juga penting karena pH tanah berhubungan dengan ketersediaan hara dalam tanah. Apabila status unsur hara N, P, K dan pH tanah telah diketahui, maka pemilihan jenis dan dosis pemupukan dapat dilakukan. Hal ini dapat meningkatkan efisiensi dan menekan kerugian akibat pemupukan. Nitrogen merupakan unsur hara makro yang dibutuhkan hampir sebagian besar jenis tanaman. Nitrogen diserap dalam bentuk ion nitrat karena ion tersebut bermuatan negatif sehingga selalu berada di dalam larutan dan mudah terserap oleh akar. Ion nitrat lebih mudah tercuci oleh aliran air sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman. 110 B. Siswanto/ Buana Sains Vol 18 No 2 109-124 Ion ammonium yang bermuatan positif akan terikat oleh koloid tanah, tidak mudah hilang oleh proses pencucian, dan dapat dimanfaatkan oleh tanaman setelah melalui proses pertukaran kation. Nitrogen tidak tersedia dalam bentuk mineral alami seperti unsur hara lainnya. Sumber nitrogen terbesar berasal dari atmosfer, dan dapat masuk ke tanah melalui air hujan atau udara yang diikat oleh bakteri pengikat nitrogen seperti Rhizobium sp. Bakteri memiliki kemampuan menyediakan 50-70% kebutuhan dari nitrogen yang dibutuhkan oleh tanaman Bhattacharyya, Dengan demikian sebaran kandungan nitrogen dalam tanah sangat erat berhubungan dengan perbedaan bahan induk tanah, iklim dan cara pengelolaan. Selanjutnya Andri N dan Sudjudi 2002 mengemukakan bahwa ketersediaan fosfor di dalam tanah dipengaruhi oleh banyak faktor, akan tetapi yang paling penting ialah pH tanah. Fosfor akan bereaksi dengan ion besi dan aluminium dan membentuk besi fosfat dan aluminium fosfat yang sukar larut dalam air sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman pada tanah yang memiliki pH rendah atau masam. Fosfor akan bereaksi dengan ion kalsium dan membentuk kalsium fosfat yang sukar larut sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman pada tanah yang memiliki pH tinggi atau alkalis Dhage, et. al., 2014. Oleh karena itu, pH tanah perlu diperhatikan dalam pemupukan fosfor. Faktor lain yang menentukan ketersediaan fosfor dalam tanah ialah aerasi tanah, suhu, bahan organik, dan ketersediaan unsur hara lain. Dari ketiga unsur hara makro yang diserap tanaman N, P dan K, kalium lah yang jumlahnya paling melimpah di permukaan bumi. Tanah mengandung 400-650 kg kalium untuk 93 m2 pada kedalaman 15,24 cm. Sekitar 90-98 % berbentuk mineral primer yang tidak dapat terserap oleh tanaman, sekitar 1-10 % terjebak dalam koloid tanah karena kalium bermuatan positif, sisanya hanya 1-2 % terdapat dalam larutan tanah dan tersedia bagi tanaman Ispandi A, 2000. Unsur K tidak mudah dipindahkan pada sebagian besar tanah. Perpindahan atau pergerakan K terutama melalui proses difusi. Jika dibandingkan dengan nitrat, unsur K kurang mobile, tetapi lebih mobile daripada unsur P. Pada tanah-tanah berpasir dengan KTK rendah, Kalium dapat digerakkan melalui proses aliran massa, dan kehilangan dari tanah permukaan akan terjadi, terutama setelah hujan lebat. Kehilangan K dapat diminimalkan dengan menerapkan praktek pengendalian erosi yang baik dan benar, mempertahankan pH yang baik untuk meningkatkan KTK tanah, mengembalikan sisa organik, dan menggunakan aplikasi terpisah untuk mengurangi kehilangan melalui pencucian pada tanah-tanah dengan KTK rendah. Ketersediaan unsur hara sangat terkait dengan aktivitas ion H+ atau pH dalam larutan tanah. Menurunnya pH tanah secara langsung meningkatkan kelarutan unsur Mn, Zn, Zu dan Fe. Pada pH kurang dari sekitar 5,5 tingkat meracun dari unsur Mn, Zn atau Al bertambah. Ketersediaan unsur N, K, Ca, Mg, dan S cenderung menurun dengan menurunnya pH. Pengaruh pH pada unsur P dan unsur B tidak langsung, karena ketersediaan unsur ini tergantung pada pembentukan senyawa kurang larut dengan Al, Fe, Mn, dan Ca, yang dipengaruhi oleh pH. Sebagai akibatnya, ketersediaan P dan B menurun, baik pada pH tinggi maupun rendah dengan ketersediaan maksimun pada kisaran pH 5,5-7,0. Menurut Triharto, 2014, tanah dapat bersifat masam karena berkurangnya kation kalsium, 111 B. Siswanto/ Buana Sains Vol 18 No 2 109-124 magnesium, kalium atau natrium. Terlalu banyaknya pupuk nitrogen seperti ZA juga dapat menyebabkan tanah menjadi masam, karena reaksinya di dalam tanah menyebabkan peningkatan konsentrasi ion H+. Perbedaan status hara atau keragaman sifat tanah secara ruang dikelompokkan kedalam dua golongan, yaitu keragaman sistematik dan keragaman acak. Keragaman sistematik memberikan gambaran bahwa sebaran unsur hara dalam tanah berubah secara berangsur atau secara jelas atau menurut kecenderungan tertentu. Penyebab keragaman sistematis yaitu perbedaan topografi, litologi, iklim, aktivitas biologi dan umur suatu wilayah. Untuk wilayah yang tidak luas, keragaman mungkin berkaitan dengan posisi geomorfik dan litologi/bahan induk, vegetasi dan iklim. Hasil penelitian Sukarman et al., 2012 menunjukkan bahwa perbedaan bahan induk tanah dalam suatu landskap dapat menjadi penyebab perbedaan sifat-sifat tanah dan terdapat suatu hubungan yang jelas antara perbedaan sifat-sifat tanah dengan posisinya di dalam lanskap. Wilding dan Drees 1983 mengemukakan bahwa keragaman acak adalah keragaman sifat tanah secara lateral maupun vertikal sifat tanah yang disebabkan oleh beberapa faktor berikut 1 Perbedaan litologi fungsi dari susunan fisika, kimia dan mineralogi dari bahan induk yang mencerminkan asal bahan induk, mekanisme transport dan sejarah perkembangannya. 2 Perbedaan intensitas hancuran fungsi dari jenis dan mekanisme hancuran, pembentukan dan pengangkutan hasil hancuran dan evolusi landskap. 3 Perbedaan erosi dan deposisi fungsi dari stabilitas landskap dan proses-proses geomorfik. Faktor tersebut di atas pengaruhnya dapat diidentifikasi secara visual dan terukur. Pengaruh dari faktor tersebut sulit atau tidak dapat diidentifikasi dengan jelas apabila terdapat interaksi. Menurut Sukarman et al., 2012, tingkat pemetaan status hara tanah mengikuti tingkat pemetaan untuk pemetaan tanah, yaitu ultra detail skala 1> detail skala 1 semi detail skala 1 tinjau mendalam skala 1 tinjau skala 1 eksplorasi skala 1 dan bagan skala < 1 Pemetaan tanah yang pernah dilakukan di Indonesia umumnya berskala 1 atau yang lebih besar. Metode pemetaan status hara tanah sawah yang dilakukan umumnya menggunakan grid sistem. Penelitian mengenai pemetaan status hara sudah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Ritchie S 2007 melakukan penelitian pemetaan status hara P dan K pada lahan sawah irigasi di Kabupaten Bima dengan menggunakan metode survei grid. Pemetaan status unsur hara dengan metode grid membutuhkan biaya yang besar, karena diperlukan contoh tanah yang banyak dan waktu yang lama. Untuk itu perlu dicari metode pemetaan yang lebih murah namun tetap dapat menghasilkan peta yang bisa mencemirkan sebaran unsur hara di lapang. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah, untuk mendapatkan peta dasar kerjayang paling sesuai untuk digunakan sebagai alat untuk melaksanakan pemetaan sebaran unsur hara N P K dan pH tanah. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Gugut, Kecamatan Rambipuji, Jember pada bulan Juni 2015 sampai Agustus 2016. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Kimia Tanah Jurusan Tanah Universitas Brawijaya, sedangkan analisis spasial dan pemetaan dilakukan di Laboratorium Sistem Informasi 112 B. Siswanto/ Buana Sains Vol 18 No 2 109-124 Geografis, Jurusan Tanah Universitas Brawijaya. Penelitian dilaksanakan dengan metode survei grid bebas dengan tingkat survei semi detail skala 1 Metode grid bebas merupakan perpaduan metode grid kaku dan metode grid fisiografis. Pengamatan lapangan dilakukan seperti pada grid kaku, tetapi jarak pengamatan tidak perlu sama dalam dua arah dan tergantung fisiografi daerah survei. Jika terjadi perubahan fisiografi yang mencolok dalam jarak dekat, maka perlu pengamatan yang lebih rapat, sedangkan jika landformrelatif seragam maka jarak pengamatan dapat dilakukan berjauhan. Lokasi pengambilan contoh tanah terlihat seperti pada Gambar 1. Pola sebaran masing-masing status unsur hara dianalisis dengan pendekatan metode matriks untuk mengetahui peta dasar yang dapat digunakanuntuk menyusun peta sebaran dari masing-masing unsur hara yang diamati. Metode matriks digunakan untuk mendapatkan kombinasi peta yang dapat membentuk pola yang paling menyerupai peta sebaran unsur hara yang diamati. Oleh karena itu, perlu dilakukan beberapa percobaan untuk mendapatkan hasil overlay peta yang paling menyerupai peta sebaran unsur hara yang diamati. Peta sebaran masing-masing unsur yang telah diberi skor pada setiap status selanjutnya di-overlay untuk mendapatkan Peta Ketersediaan N P K Tanah. Peta Ketersediaan N P K Tanah yang dihasilkan selanjutnya diuji kevalidannya dengan menggunakan uji-t berpasangan. Matriks digunakan sebagai analisis yang dilakukan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi bentuk sebaran unsur hara N P K dan pH tanah melalui overlay beberapa peta yang digunakan dan disajikan dalam bentuk tabel. Faktor yang dimaksud mempengaruhi bentuk sebaran unsur merupakan peta dasar yang digunakan. Setiap satuan peta lahan akan memiliki status unsur hara masing-masing, kemudian sebaran status unsur tersebut akan membentuk pola tertentu. Pola yang terbentuk dari sebaran status unsur yang diamati akan dianalisis dengan pendekatan metode matriks untuk mendapatkan kombinasi peta dasar yang dapat digunakan untuk menyusun sebaran tersebut, atau untuk mendapatkan kombinasi Informasi status hara masing-masing unsur akan ditambahkan kedalam attribute peta dan selanjutnya akan diolah menjadi peta status hara N P K dan pH tanah. Pembuatan peta sebaran berdasarkan SPL dilakukan dengan cara menentukan status unsur hara pada suatu SPL dengan memperhatikan status yang dominan pada SPL tersebut dan memperhatikan adanya inklusi peta. Peta sebaran status hara N P K tersebut kemudian digabungkan atau overlay menjadi satu peta yang mewakili seluruh unsur yang diamati. Model peta yang dihasilkan kemudian perlu dilakukan validasi untuk mengetahui kesesuaian informasi antara status ketersediaan N P K pada peta dan di lapangan. Validasi dilakukan dengan mengambil contoh tanah pada beberapa titik secara acak dan di analisis sesuai dengan parameter pengamatan. Hasil analisis tersebut kemudian ditentukan status ketersediaan N P K tanahnya. Analisis statistik digunakan untuk memudahkan interpretasi data penelitian yang diperoleh. Analisis yang digunakan ialah Uji-t berpasangan. Uji-t digunakan untuk menentukan perbedaan antara permodelan peta ketersediaan unsur hara dengan validasi. Apabila tidak terdapat perbedaan antara permodelan dengan validasi, maka permodelan peta kesuburan dapat digunakan. Analisis statistik dilakukan menggunakan software SPSS 16. 113 B. Siswanto/ Buana Sains Vol 18 No 2 109-124 Gambar 1. Pengambilan contoh tanah 114 B. Siswanto/ Buana Sains Vol 18 No 2 109-124 Berikut merupakan alur tahapan penelitian yang telah dilakukan hingga mendapatkan hasil peta status unsur hara yang diamati. Gambar 2. Rancangan alur tahapan penelitian 115 B. Siswanto/ Buana Sains Vol 18 No 2 109-124 Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil analisis unsur hara diperoleh hasil bahwa hasil analisis N-total % didominasi oleh status N sangat tinggi, dan pada beberapa titik ditemukan status N sedang dan tinggi. Hasil analisis P-tersedia mg/kg didominasi oleh status P tinggi, dan pada beberapa titik ditemukan status P rendah, sedang dan sangat tinggi. Hasil analisis K-tersedia me/100 g tanah didominasi oleh status K sedang, dan pada beberapa titik ditemukan status K sangat rendah, rendah, tinggi dan sangat tinggi. Hasil analisis pH tanah didominasi oleh status pH tanah masam dan pada satu titik ditemukan status pH tanah sangat masam Gambar 3, 4, 5 dan 6 Gambar 3. Peta sebaran status unsur nitrogen Desa Gugut 116 B. Siswanto/ Buana Sains Vol 18 No 2 109-124 Gambar 4. Peta sebaran status unsur fosfor Desa Gugut 117 B. Siswanto/ Buana Sains Vol 18 No 2 109-124 Gambar 5. Peta sebaran status unsur kalium Desa Gugut Hasil analisis pH tanah menunjukkan bahwa pada Desa Gugut termasuk dalam kritera masam dan sangat masam. Tanah dengan pH sangat masam ditemukan pada T17 dengan pH 4,3. Namun, titik tersebut diasumsikan sebagai inklusi dikarenakan pengaruhnya sangat kecil. Tanah pada Desa Gugut memiliki pH rata-rata 4,86 pada kondisi pH tersebut masuk kriteria tanah masam. 118 B. Siswanto/ Buana Sains Vol 18 No 2 109-124 Gambar 6. Peta sebaran status pH tanah Desa Gugut Status ketersediaan N P K tanah diperoleh dari overlay peta sebaran N, peta sebaran P dan peta sebaran K yang telah diberi skor harkat pada masing-masing statusnya. Bentuk dari peta sebaran status ketersediaan N P K tanah menyerupai peta sebaran P. Status ketersediaan N P K tanah di Desa Gugut termasuk dalam tiga kriteria yaitu sedang, tinggi dan sangat tinggi. Status ketersediaan N P K tanah sedang ditemukan pada SPL 1, status kesuburuan tanah tinggi ditemukan pada SPL 2, SPL 3 dan SPL 4, sedangkan status ketersediaan N P K tanah sangat tinggi ditemukan pada SPL 5. Penentuan skor pada status kesuburan ditentukan dengan indeks bilangan tertimbang, skor ketersediaan N P K tanah ditunjukkan pada Tabel 1. 119 B. Siswanto/ Buana Sains Vol 18 No 2 109-124 Tabel 1. Skor Ketersediaan N P K Tanah Pada Tiap SPL Keterangan *Kriteria Berdasarkan Balai Penelitian Tanah 2009, ST= Sangat Tinggi; T= Tinggi; S= Sedang R= Rendah; SR= Sangat Rendah **Kriteria Berdasarkan Indeks Bilangan Tertimbang Tabel 2. Status Ketersediaan N P K Tanah Sumber Attribute Peta Sebaran Unsur PDesa Gugut Skala 1250002015. Pemetaan status unsur hara dilakukan dengan metode grid bebas, sehingga apabila pada suatu lahan memiliki landform yang relatif seragam maka titik pengambilan contoh tanah dapat dilakukan berjauhan. Pada beberapa titik pengamatan dalam satu SPL ditemukan beberapa status unsur hara, sehingga akan mempengaruhi penentuan status unsur hara pada SPL tersebut apabila titik pengambilan contoh tanah dilakukan berjauhan. Apabila titik pengamatan dilakukan secara kaku akan terdapat jumlah titik pengamatan yang lebih banyak dan dapat dilihat status yang lebih dominan. Survei grid kaku cukup teliti dalam menentukan batas satuan peta pada daerah survei yang relatif datar Maruduret. al., 2013. Namun, terdapat beberapa pertimbangan untuk melakukan survei metode grid kaku. Survei ini memerlukan waktu dan biaya yang lebih besar dan sebagian lokasi pengamatan tidak mewakili satuan peta yang dikehendaki, misalnya pemukiman, wilayah peralihan dua satuan lahan dan lain-lain. Dengan ditambahkan beberapa peta dasar penyusun satuan lahan seperti peta sumber air irigasi, peta bentuk teras, dan peta manajemen pemupukan diharapkan akan menambah tingkat ketelitian pengambilan contoh tanah. 120 B. Siswanto/ Buana Sains Vol 18 No 2 109-124 Gambar 7. Peta sebaran status ketersediaan N P K Tanah Desa Gugut Analisis matriks digunakan untuk mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi sebaran status unsur hara melalui hasil overlay beberapa peta yang digunakan. Peta yang digunakan untuk mengetahui faktor sebaran tersebut ialah Peta Jenis Tanah, Peta Geologi, Peta Bentuk Lahan, Peta Penggunaan Lahan, Peta Ketinggian Tempat, dan Peta Kelerengan. Status hara masing-masing titik pengamatan dan Matriks ditunjukkan pada Tabel 3 dan Tabel 4. 121 B. Siswanto/ Buana Sains Vol 18 No 2 109-124 Tabel 3. Status Hara Titik Pengamatan Tabel 4. Matriks Sebaran N P K dan pH Tanah Sumber Hasil overlay peta Berdasarkan uji matriks, sebaran unsur N didapatkan dengan melakukan overlay peta yaitu peta geologi, peta bentuk lahan dan peta penggunaan lahan. Sebaran status unsur N pada Desa Gugut merata pada semua SPL yaitu sangat tinggi. Oleh karena itu, bentuk dari sebaran unsur N akan didapatkan dengan melakukan overlay peta tersebut dikarenakan bentuk sebaran dari peta geologi dan peta bentuk lahan yang seragam pada wilayah Desa Gugut yaitu formasi breksi Argopuro dan dataran vulkanik tua Bentuk sebaran dari status hara N seragam sesuai dengan hasil overlay peta geologi, bentuk lahan dan penggunaan lahan. Menurut Wilding dan Drees 1983, keragaman status hara dapat disebabkan oleh perbedaan 122 B. Siswanto/ Buana Sains Vol 18 No 2 109-124 litologi/bahan induk, perbedaan intensitas hancuran, pengaruh erosi, pengaruh biologi, dan perbedaan hidrologi. Keseragaman penyusun wilayah tersebut diasumsikan dapat menyeragamkan status hara N pada wilayah ini. Hal tersebut didukung dengan pemupukan nitrogen yang diaplikasikan pada lahan di Desa Gugut rata-rata di atas dosis rekomendasi yang ada. Hasil wawancara manajemen pemupukan ditunjukkan pada Lampiran 8. Namun, pada beberapa titik seperti T7, T11 dan T14 ditemukan status hara N yang berbeda. T7 dan T11 memiliki status N tinggi dan T14 memiliki status N sedang. Berdasarkan uji matriks, sebaran unsur P didapatkan dengan melakukan overlay peta yaitu peta geologi, peta bentuk lahan, peta penggunaan lahan dan peta ketinggian tempat. Sebaran status unsur P pada Desa Gugut tersebar menjadi tiga kriteria yaitu sedang, tinggi dan sangat tinggi. Bentuk sebaran dari status hara P hampir sesuai dengan hasil overlay peta geologi, bentuk lahan, penggunaan lahan dan ketinggian tempat. Menurut Wilding dan Drees 1983, keragaman status hara dapat disebabkan oleh perbedaan litologi/bahan induk, perbedaan intensitas hancuran, pengaruh erosi, pengaruh biologi, dan perbedaan hidrologi. Wilayah pengamatan memiliki ketinggian tempat yang beragam mulai dari 40 mdpl hingga 120 mdpl. SPL 1 berada pada ketinggian 40 – 60 mdpl memiliki sebaran P dengan status sedang. SPL 2 dan SPL 3 berada pada ketinggian 60 – 80 mdpl sedangkan SPL 4 berada pada ketingian 80 – 100 mdpl, SPL tersebut memiliki sebaran P dengan status tinggi. SPL 5 berada pada ketinggian 100 – 120 mdpl memiliki sebaran P dengan status sangat tinggi. Pada beberapa titik seperti T4 dan T11 ditemukan status P yang berbeda. T4 memiliki status P rendah dan T11 memiliki status P sangat tinggi. Berdasarkan uji matriks, sebaran unsur K didapatkan dengan melakukan overlay peta yaitu peta jenis tanah, peta geologi, peta bentuk lahan, peta penggunaan lahan dan peta ketinggian tempat. Sebaran status unsur K pada Desa Gugut tersebar menjadi tiga kriteria yaitu sedang, tinggi dan sangat tinggi. Bentuk sebaran dari status hara K hampir sesuai dengan hasil overlay peta jenis tanah, geologi, bentuk lahan, penggunaan lahan dan ketinggian tempat. Menurut Wilding dan Drees 1983, keragaman status hara dapat disebabkan oleh perbedaan litologi/bahan induk, perbedaan intensitas hancuran, pengaruh erosi, pengaruh biologi, dan perbedaan hidrologi. Desa Gugut memiliki dua jenis tanah yaitu Typic Hapludalfsdan Typic Epiaqualfs. SPL 1, SPL 2 dan SPL 3 memiliki jenis tanah Typic Epiaqualfs sedangkan SPL 4 dan SPL 5 memiliki jenis tanah Typic Hapludalfs. Wilayah pengamatan memiliki ketinggian tempat yang beragam mulai dari 40 mdpl hingga 120 mdpl. SPL 1 berada pada ketinggian 40 – 60 mdpl, SPL 2 dan SPL 3 berada pada ketinggian 60 – 80 mdpl. SPL1, SPL 2 dan SPL 3 memiliki sebaran K dengan status sedang. SPL 4 berada pada ketingian 80 – 100 mdpl, SPL tersebut memiliki sebaran K dengan status tinggi. SPL 5 berada pada ketinggian 100 – 120 mdpl memiliki sebaran K dengan status sangat tinggi. Pada beberapa titik seperti T4, T6, T7, T12 dan T17 ditemukan status hara K yang berbeda. T4 memiliki status K rendah, T6 memiliki status K tinggi, T7 memiliki status K sangat tinggi, T12 memiliki status K sangat rendah, dan T17 memiliki status K rendah. Bentuk sebaran K tidak seluruhnya sesuai dengan hasil overlay peta yang digunakan. Sebaran tersebut hanya sesuai pada SPL 123 B. Siswanto/ Buana Sains Vol 18 No 2 109-124 4 dan SPL 5, sedangkan SPL 1, SPL 2, dan SPL 3 bergabung menjadi satu. Oleh karena itu, peta sebaran K hanya memenuhi 19 % bagian Peta Ketinggian Tempat. University of Nebraska Cooperative Extension 1999 menyatakan bahwa mekanisme yang tepat mengenai beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi kalium dalam tanah belum dapat dipahami secara jelas. Namun, beberapa faktor yang diketahui dapat mempengaruhi kalium dalam tanah ialah 1 jenis tanah, 2 suhu, 3 siklus lahan basah dan kering, 4 pH tanah, dan 5 aerasi dan kelembaban tanah. Pada tanah-tanah berpasir dengan KTK rendah, Kalium dapat digerakkan melalui proses aliran massa, dan kehilangan dari tanah permukaan akan terjadi, terutama setelah hujan lebat. Berdasarkan uji matriks, sebaran pH tanah didapatkan dengan melakukan overlayPeta yaitu Peta Geologi, Peta Bentuk Lahan dan Peta Penggunaan Lahan. Sebaran status pH tanah pada Desa Gugut merata pada semua SPL yaitu masam. Oleh karena itu, bentuk dari sebaran pH tanah akan didapatkan dengan melakukan overlaypeta tersebut dikarenakan bentuk sebaran dari Peta Geologi dan Peta Bentuk Lahan yang seragam pada wilayah Desa Gugut yaitu formasi breksi Argopuro dan dataran vulkanik tua. Lahan yang dipetakan merupakan penggunaan lahan sawah irigasi, sehingga batas-batas yang terdapat pada sebaran status pH tersebut dikarenakan pada Desa Gugut terdapat beberapa penggunaan lahan yang bukan daerah pengamatan yaitu pemukiman, perkebunan dan semak. Bentuk sebaran status pH tanah diasumsikan dapat disamakan dengan sebaran status unsur N. Hal tersebut selaras dengan penggunaan pupuk N dengan dosis tinggi akan menyebabkan tanah bersifat masam. Analisis normalitas data digunakan untuk mengetahui data tersebut berdistribusi normal atau tidak berdistribusi normal. Data yang tidak berdistrubusi normal perlu dilakukan transformasi sebelum dianalisis lebih lanjut. Uji normalitas yang digunakan ialah Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov diperoleh hasil bahwa nilai signifikansi untuk skor model peta ketersediaan unsur N P K tanah dan validasi ialah 0,491. Nilai signifikansi skor peta ketersediaanunsur N P K tanah lebih besar dari 0,05, dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal. Validasi dilakukan dengan membandingkan data skor model peta ketersediaan N P K tanah dan data skor titik validasi yang telah di uji normalitas terlebih dahulu. Berdasarkan hasil Uji-t Berpasangan diperoleh hasil bahwa nilai t sebesar 1,00 dan signifikansi Sig.2-tailed sebesar 0,347. Nilai signifikansi data tersebut lebih kecil dari nilai t, maka sesuai dengan dasar pengambilan keputusan dalam Uji-t Berpasangan dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Hal tersebut dapat diartikan tidak terdapat perbedaan antara rata-rata pada data model peta ketersediaan N P K tanah dan rata-rata pada data titik validasi. Hasil uji-t berpasangan menunjukkan bahwa data model peta ketersediaan N P K tanah dengan data titik validasi tidak berbeda nyata. Oleh kerena itu, model peta ketersediaan N P K tanah dapat digunakan sebagai referensi status hara N P K di Desa Gugut. 124 B. Siswanto/ Buana Sains Vol 18 No 2 109-124 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwaPeta Ketersediaan Unsur N P K dan pH dapat dihasilkan dari kombinasi beberapa peta dasar yang digunakan yaitu peta jenis tanah, peta geologi, peta bentuk lahan, peta ketinggian tempat, dan peta penggunaan lahan. Namun, pada sebaran unsur P dan unsur K kombinasi tersebut tidak sepenuhnya sesuai dikarenakan hanya memenuhi sebagian pola dari peta ketinggian tempat. Daftar Pustaka Bhattacharyya, Ranjan., S. Kundu., Ved Prakash., dan H. S. Gupta. 2008. Sustainability Under Combined Application of Mineral and Organic Fertilizers in a Rainfed Soybean-Wheat Systems of the Indian Himalayas. Europe. J. Agronomy, 28 33-46 Dhage, Shubhangi J., Patil dan Dhamak. 2014. Influence of Phosporus and Sulphur Levels on Nodulation, Growth Parameters and Yield of Soybean Glycine max L. Grown on Vertisol. Asian Journal of Soil Science, 9 2 244-249 Ispandi, Anwar. 2002. Pemupukan NPKS dan Dinamika Hara dalam Tanah dan Tanaman Kacang Tanah di Lahan Kering Tanah Alfisol. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 21 1 48-56 Marudur, Star Pangaribuan., Supriadi dan Sarifuddin. 2013. Pemetaan Status Hara K, Ca, Mg Tanah Pada Kebun Kelapa Sawit Elaeis guineensis Jacq di Perkebunan Rakyat Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun. Jurnal Online Agroekoteknologi, 1 4 987-995 Nurwati, Andri dan Sudjudi. 2002. Hasil Penelitian Status Hara P dan K di Lahan Sawah Irigasi Kabupaten Bima. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat. Ritchie, Sinuraya. 2007. Pemetaan Status Hara P-Tersedia, P-Total, dan K-Tukar di Kebun Tanjung Garbus-Pagar Marbau PTPN II. Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan. Sukarman., D. Setyorini., dan S. Ritung. 2012. Metode Percepatan Pemetaan Status Hara Lahan Sawah. pp 141-150. Dalam Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pemupukan dan Pemulihan Lahan Terdegradasi, Bogor 29-30 Juni 2012. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementrian Pertanian; Indonesia. Triharto, Sukma., L. Musa dan Gantar Sitanggang. 2014. Survei dan Pemetaan Unsur Hara N, P, K dan pH Tanah Pada Lahan Sawah Tadah Hujan di Desa Durian Kecamatan Pantai Labu. Jurnal Online Agroekoteknologi, 2 31195-1204 Wilding, dan Drees. 1983. Spatial Variability and Pedology. Dalam Wilding, Semeck dan Hall ed.. 1983. Pedogenesis and Soil Taxonomy I. Concept and Interaction. Elsevier Science Publisher Amsterdam, Netherlands. ... The element nitrogen is available at a pH of phosphorus is often found at a pH of [14]. Not optimal nutrient uptake affected in imperfect growth and development of rhizomes. ...... An acidic pH value also affects the availability of nutrients in the soil. Phosphorus can be available at pH while the optimum pH for nitrogen availability is pH [14]. The type of litosol soil that contains organic matter is classified as very low. ...Red ginger Zingiber officinale var. rubrum is a medicinal plant that contains essential oils in rhizome. In order to meet market demand, by integrated plant nutrition supply it is necessary to apply both organic and inorganic fertilization. This study aims to determine the right combination of ZA and SP 36 fertilizer doses in the growth and yield of red ginger. This esearch was conducted in March - August 2021 in Pelem, Wonorejo Village, Jatiyoso District, Karanganyar Regency, Indonesia with 762 usl and coordinates 7°43' 111°05' The research design used randomized completed block design RCBD one factor with 4 levels and 6 replications. The treatment levels were D0 Control, without in organic fertilization, D1 225 ⁻¹ ZA+50 ⁻¹ SP 36, D2 450 ⁻¹ ZA+100 ⁻¹ SP 36, D3 675 ⁻¹ ZA+150 ⁻¹ SP 36. The results ZA and SP 36 fertilization obtained have not been able to increase the growth and yield of red ginger. Research needs to be done with the balance of other nutrients to increase the yield of red ginger.... Melon Cucumis melo L. merupakan tanaman hortikultura buah yang memiliki rasa manis dan menyegarkan sehingga banyak disukai oleh masyarakat, selain itu melon mengandung gizi yang cukup tinggi. Dalam 100 g melon yang dikonsumsi mengandung 0,6 g protein, 17 mg kalsium, 0,045 mg thiamin, 2,4 IU vitamin A, 30 mg vitamin C, 0,045 mg vitamin B, 0,065 mg vitamin B2, 6 mg karbohidrat, 1 mg niasin, 0,065 mg riboflavin, 0,4 mg zat besi, 0,5 mg nikotianida, 93 mL air, 4 g serat, dan 23 kalori Siswanto, 2010. ...... Pertumbuhan dan hasil yang lebih rendah ini diantaranya disebabkan oleh tingginya pH media tanam pada dosis 35 tonha -1 , yaitu sebesar 7,8 Tabel 5. Menurut Siswanto 2018 sebaran unsur hara terbesar terdapat pada pH tanah antar 5,5 -7,0. Peningkatan pH akan mengurangi ketersediaan unsur hara seperti P, B, Fe, dan Cu, serta meningkatkan ketersediaan unsur Na dan Mo yang bila jumlahnya berlebihan dapat meracuni tanaman. ...Budiyati IchwanHajar ArmandoLily AyuandrianiThis study aimed to examine the effect of vermicompost in increasing melon growth and yield and to obtain a dose of vermicompost that was able to provide the best melon growth and yield. The research design used was a Randomized Block Design RBD with one factor, namely the dose of vermicompost consisting of 0 tonha-1; 5 tonha-1; 15 tonha-1; 25 tonha-1; and 35 tonha-1. The results showed that the application of vermicompost increased plant length, number of leaves, leaf area, stem diameter, fruit diameter, and weight per fruit of melon plants. The dose of vermicompost that gave the best melon growth and yield was 25 tonha-1, with a weight per fruit of 1,8 kg, and productivity of 50 tonha-1, 1,2 times greater than the potential yield of melon... Hal itu mengakibatkan budidaya tanaman di tanah berpasir sangat bergantung pada pemberian pupuk dan irigasi berkala di kondisi kering Saptiningsih 2007. Pertumbuhan tanaman dan hasil produksi dapat ditingkatkan dengan pemberian pupuk dan irigasi secara berkala, tetapi upaya dapat menurunkan efisiensi penggunaan pupuk karena unsur hara akan mudah tercuci Siswanto, 2018 dan rendahnya kemampuan menahan air Zotarelli et al., 2007. Tanah berpasir mampu meloloskan unsur hara yang ditambahkan seperti pupuk P dan N mencapai 98,8% dan 54% Chen et al., 2004. ...... Peningkatan ketersediaan P dalam tanah diakibatkan oleh peningkatan pH tanah akibat pemberian ATB yang bersifat basa sehingga tanah cenderung memiliki pH netral. Ketersediaan P dalam tanah sangat dipengaruhi oleh pH tanah di mana ketersediaan P akan semakin tinggi pada pH tanah netral, yaitu berkisar pada pH 5,5-7 Siswanto, 2018 Masukan unsur hara yang baik seperti unsur P, K, S, Fe, Zn, Cu, Mn, dan B, perbaikan sifat fisika tanah berupa baiknya aerasi tanah yang dapat meningkatkan aktivitas akar dan serapan hara menjadi dampak positif dari aplikasi ATB yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil panen tanaman Selvakumari et al., 2000;Agustina, 2017;Wilujeng et al., 2020. Adanya kecenderungan lebih rendahnya tinggi tanaman akibat semakin tingginya dosis ATB dapat diakibatkan oleh tingginya kandungan logam dalam ATB. ...Panggah Jayengswasono Kurniawan Sigit WicaksonoCultivation in sandy soils encounters many obstacles due to the nature of the soil, which has a poor ability to hold water and nutrients. In order to increase plant yield, it is necessary to add soil amendments that can improve the properties of sandy soil. The purpose of this study was to elucidate the impact of giving coal fly ash as a soil amendment on the chemical properties of soil and plants, as well as plant growth and production. The study was conducted in a greenhouse with different doses of coal fly ash applied to the growing media. The results showed that the higher dose of coal fly ash could increase the total P content 210-310%, P-available 127%, and soil Pb content 28% compared to the control. Meanwhile, the high dose of coal fly ash can harm the growth and production of water spinach.... Penelitian mengenai kandungan kimia dalam tanah telah banyak dilakukan oleh para peneliti terdahulu Siswanto, 2019;Nurmegawati dkk., 2012;Agustina dkk., 2020;Manurung dkk., 2022. Hasil penelitian mengenai kandungan zat hara tanah yang meliputi N, P, dan K terhadap produktivitas tanaman berada pada status rendah dapat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman Agustina dkk., 2020. ...Adristi Nur CamilaHari SiswoyoAndre Primantyo HendrawanTanah merupakan bahan yang tersusun dari mineral padat yang tidak terikat secara kimiawi dan dapat tersusun dari bahan organik yang membusuk. Kesuburan tanah merupakan kapasitas yang dimiliki oleh tanah untuk menghasilkan produk tanaman berdasarkan komoditas yang sesuai. Kelurahan Bandulan merupakan salah satu daerah yang pernah mengalami gagal panen karena diduga kondisi kesuburan tanah yang masih kurang. Selain itu, luas lahan pertanian yang semakin tahun semakin berkurang membuat petani harus memanfaatkan sisa lahan pertanian secara optimal agar dapat menghasilkan hasil komoditas yang maksimal. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi tingkat kesuburan tanah berdasarkan parameter kimia pada lahan pertanian agar penggunaan tanah yang ada dapat dioptimalkan. Identifikasi kesuburan tanah di lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan uji PUTS untuk penentuan nilai pH tanah maupun kandungan unsur N, P, dan K dalam tanah. Pengambilan contoh tanah dilakukan secara acak dalam satu petak lahan sawah yang diteliti. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah pH tanah berada pada rentang nilai 5,8–6,6 dengan kondisi tanah asam sedang–agak masam. Parameter N total berada pada kategori rendah–sedang. Parameter P tersedia berada pada kategori sedang–rendah. Parameter K-tersedia berada pada kategori rendah–sedang. Secara umum, kesuburan tanah pada lahan pertanian di lokasi penelitian berada dalam kategori sedang.... Selain itu peningkatan seraran unsur hara P dapat meningkatkan sintesa karbohidrat akibat peningkatan laju fotosintesis. Daun yang menghasilkan karbohidrat berlebih akan diedarkan ke akar untuk digunakan sebagai energi dalam pertumbuhan dan perkembangan akar serta sebagai pertahanan terhadap penyakit [37]. Pengamatan pertumbuhan akar dalam penelitian ini dilakukan setelah 4 MSS dengan mengukur panjang akar semai cabai rawit. ...Hesti KurniahuThe process of cayenne pepper seedling begins with soaking the seeds in liquid to break the dormancy of the seeds. The effect of soaking cayenne pepper seeds using PGPR solution obtained from the root system of cultivated plants, namely cayenne pepper Capsicum frutescens L., maize Zea mays L., peanuts Arachys hypogaea L., and rice Oryza sativa L. which had been harvested was the purpose of this study. Cayenne pepper seeds were soaked overnight using PGPR, then the seeds were sown in a planting medium mixed with soil, manure, compost and husk charcoal in a ratio of 2111. Cayenne pepper seedling plantations were observed for 4 WAP. Using one-way ANOVA test for research data. Soaking cayenne pepper seeds using PGPR had a significant effect on seedling growth in terms of height, number of leaves, and stem diameter parameters with optimal treatment of 50% concentration. Meanwhile, PGPR immersion for seedling root length parameters did not have a significant effect.... Sifat N dan K yang mobil di tanah juga menyebabkan unsur hara tersebut mudah hilang karena pencucian maupun penguapan Nainggolan et al., 2009;Siswanto, 2018. Hal ini diduga menyebabkan aplikasi limbah kopi yang memiliki C/N rendah tidak efektif meningkatkan kadar hara terutama N tanah. ...Husna Husna Ffikrinda FikrindaHifnalisa HifnalisaAbstrak. Efektivitas limbah pertanian seperti ampas tebu, jerami padi dan kulit kopi untuk meningkatkan kesuburan tanah Inceptisol dapat ditingkatkan dengan adanya dekomposer seperti fungi selulolitik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis limbah pertanian dan dosis fungi selulolitik terhadap unsur hara N, P, K dan pertumbuhan jagung pada Inceptisol. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok pola faktorial 3x3 dengan tiga ulangan. Faktor-faktor yang diuji yaitu jenis limbah pertanian ampas tebu, jerami padi, dan kulit kopi dan dosis fungi selulolitik 0, 10 g, dan 20 g. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar N, P, dan K tanah serta pertumbuhan jagung dipengaruhi secara nyata oleh perlakuan tunggal jenis limbah pertanian namun tidak nyata oleh fungi selulolitik dan interaksi kedua perlakuan tersebut. Jerami padi dan kulit kopi memberikan pengaruh nyata lebih baik daripada ampas tebu terhadap tinggi tanaman pada 45 HST dan diameter batang pada 30 HST dan 45 HST, namun memberikan pengaruh yang sama dengan ampas tebu terhadap kadar N, P, dan K Inceptisol. Jerami padi dan kulit kopi merupakan limbah pertanian yang potensial untuk memperbaiki kadar hara tanah dan pertumbuhan jagung pada Inceptisol. Effect of agricultural waste and dosage of cellulolytic fungi on soil N, P, K and maize growth Zea mays L. on IncepsitolAbstract. The effectiveness of agricultural wastes such as bagasse, rice straw and coffee husks to increase the soil fertility of Inceptisol decomposers such as cellulolytic fungi. This study aimed to determine the effect of the agricultural waste and doses of cellulolytic fungi on the soil N, P, K and the growth of maize on Inceptisol. The study used a 3x3 factorial randomized block design with three replications. The factors were three agricultural waste types bagasse, rice straw, and coffee husk and three cellulolytic fungi doses 0, 10 g, and 20 g. The results showed that the soil N, P, and K and maize growth were significantly affected by the treatment of agricultural waste as a single factor, but not by cellulolytic fungi and the interaction of both treatments. Rice straw and coffee husks significantly had a better effect than bagasse on the plant height at 45 DAP and stem diameters at 30 DAP and 45 DAP, but gave a similar effect effect as bagasse on N, P, and K levels of Inceptisol. Rice straw and coffee husks are potential agricultural wastes to improve soil nutrient levels and maize growth in Inceptisols.... Tanaman yang tumbuh di tanah tanpa unsur-unsur ini akan berkembang dengan buruk. Karena pertumbuhan yang tidak memadai akan menghasilkan kualitas tanaman yang buruk, nutrisi sangat penting bagi tanaman Siswanto, 2019. Berdasarkan dari uraian tersebut, penelitian ini memiliki tujuan yaitu agar dapat mengetahui efektifitas larva Black Soldier Fly BSF dalam mengolah lindi timbunan sampah organik dari TPS. ...Naniek RatniIvon DewindaThe impact of landfilling is the emergence of leachate which contains suspended and dissolved solids, organic and inorganic chemicals which are quite high and have the potential to cause environmental pollution. The lack of variety of leachate treatment makes many researchers start looking for effective ways to reduce leachate. One of the methods proposed is to use decomposer organisms, namely Black Soldier Fly BSF insects. The purpose of this study was to determine the effectiveness of Black Soldier Fly BSF larvae in processing leachate from organic waste from TPS. The research method used growing media or a mixer in the form of chicken feed and variations in leachate concentrations, namely 25%, 40%, 55%, 70%, 85%, and 100% L25, L40, L55, L70, L85, and L100. The results showed that Black Soldier Fly BSF larvae were quite effective in processing leachate for 22 days. The concentration of leachate is quite influential in leachate processing, the greater the concentration, the higher the level of effectiveness. The effectiveness of leachate treatment using BSF larvae is based on the highest media weight loss, namely in the L100 treatment, which is and the lowest in the L25 treatment, which is Fosfor P merupakan unsur terpenting setelah nitrogen dalam membantu proses fotosintesis, perkembangan akar, pembentukan bunga, buah dan biji Wulandari, 2020. Siswanto 2018 mengemukakan bahwa ketersediaan fosfor di dalam tanah dipengaruhi oleh banyak faktor, akan tetapi yang paling dominan ialah pH tanah. Unsur P pada tanah masam umumnya tidak tersedia bagi tanaman diakibatkan karena sebagian besar terikat oleh koloid tanah, Fe dan Al.. ...Fiona Victor IswaraYulia NurainiExcessive use of chemical fertilizers in rice fields can reduce soil pH. Elemental P in acid soils is generally not available to plants because it is bound by Fe and Al elements; therefore, it is necessary to make an effort to optimize the availability of P in the soil by improving soil pH with the addition of dolomite lime supported by inorganic fertilizers. This study aimed to determine the effect of dolomite and inorganic fertilizers on plant P uptake, the relationship between available P and phosphate-solubilizing bacteria population, and the effect of dolomite and inorganic fertilizer application on rice yield. This study used a randomized block design with eight treatments and three replications. The results showed that the application of dolomite and inorganic fertilizer had a significant effect on plant P uptake and dry grain weight. The population of phosphate-solubilizing bacteria was positively correlated with the availability of phosphorus in the Maria RumabarAbstrak Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat kimia tanah pada lahan penambangan terbuka batu gamping milik CV. Thiakh yang terletak di distrik Jayapura Selatan kota Jayapura provinsi Papua. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimental dengan tiga tahapan. Tahapan pertama yaitu observasi lokasi penelitian pada lahan penambangan, tahapan kedua adalah pengambilan material tanah sebagai sampel. Tahapan yang ketiga adalah analisis sampel yang dilakukan di laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Sampel tanah diambil pada dua lokasi dengan tiga kedalaman yang berbeda. Lokasi pertama diambil dekat dengan bengkel yang berada pada lokasi penambangan. Kedalaman tanah pada lokasi yang pertama adalah 15 cm dan 30 cm. Lokasi kedua di ambil di daerah penambangan batu gamping dengan kedalaman 50 cm. Dari hasil uji laboratorium diketahui bahwa nilai pH tanah pada lokasi pertama adalah 8,86. Sedangkan nilai pH pada lokasi kedua adalah 9,18 30 cm dan 8,47 50 cm. Untuk beberapa parameter kimia lainnya seperti phospor, kalium, natrium, magnesium, nitrogen total juga memiliki kadar yang rendah. Kata kunci Penambangan Terbuka, Batu Gamping, Sifat Kimia Tanah, Material Tanah,pH Abstract The purpose of this study was determine the chemical properties of the soil in the limestone open pie mining owned by CV Thiak is located in the South Jayapura district Jayapura city, Papua province. The research method used in this study is an experimental research method with three stages. The first stage is observing the research location on mining land, the second stage is taking soil material as a sample. The third stage is sample analysis carried out in the laboratory of the Research and Development Agency for Energy and Mineral Resources, the Center for Research and Development of Mineral and Coal Technology, Ministry of Energy and Mineral Resources of the Republic of Indonesia. Soil samples were taken at two locations with three different depths. The first location was taken close to the workshop at the mining site. The depth of the soil at the first location is 15 cm and 30 cm. The second location was taken in a limestone mining area with a depth of 50 cm. from the results of laboratory test it is known that the soil pH value at the first location is 8,86. While the pH values at the second location were 9,18 30 cm and 8,47 50 cm. For several other chemical parameters such as phosporus, potassium, sodium, magnesium, total nitrogen also has low levels. Keywords Open Pit Mining, Limestone, Soil Chemical Properties, Soil Material, pHFeby SyaharaniSiti Muslikah Novi ArfaritaBiofertilizer is a living microorganism material and is useful for increasing soil fertility and the production quality of a plant. The VP3 biofertilizer formulation is known to increase the activity of beneficial microorganisms for plant growth. Trichoderma viride is a good microorganism used as a biopesticide. This study was conducted to determine the effect of VP3 and Trichoderma viride FRP3 biofertilizers on the growth of soybean Glycine max L Merrill and the total population of soil microorganisms. This research was conducted in the greenhouse of the Faculty of Agriculture and the Halal Center Intedrated Laboratory of Microbiology, Islamic University of Malang. This study used a simple Randomized Block Design RAK with 7 treatments with 3 replications. The results of the data analysis using the analysis of variance with the F test with a significance level of 5%, if there was a significant effect between treatments, it was continued with the BNT 5% if there was a significant effect. The results showed that treatment N had the highest average yield for soybean plant Glycine max L.–wheat Triticum aestivum L. rotation is one of the profitable cropping systems under rainfed conditions in the sub-temperate agro-ecosystem of the Indian Himalayas. We measured the long-term sustainability of the system for farmyard manuring and mineral fertilizer input practices utilizing the trends in grain yield, partial factor productivity PFP, agronomic efficiency AE, benefitcost ratio BC ratio, soil organic C SOC, total N content, available nutrient P and K status, microbial biomass C, dehydrogenase activity, selected soil physical properties bulk density, soil water retention and infiltration rate and sustainable yield index SYI. The long-term 30 years soybean–wheat experiment was conducted at Hawalbagh, Almora, India in a sandy loam soil Typic haplaquept under sub-temperate climatic conditions. Every year, the nutrients were applied to the soybean crop and wheat was grown without addition of any external sources of nutrients residual wheat. The unfertilized plot supported a Mg soybean yield ha−1 and a Mg wheat yield ha−1 mean yield of 30 years. Soybean responded to inorganic NPK application and the yield increased to Mg ha−1 with NPK. Maximum yields of soybean Mg ha−1 and subsequent wheat Mg ha−1 were obtained in the plots under NPK + farmyard manure FYM NPKS dan Dinamika Hara dalam Tanah dan Tanaman Kacang Tanah di Lahan Kering Tanah Alfisol. Penelitian Pertanian Tanaman PanganAnwar IspandiIspandi, Anwar. 2002. Pemupukan NPKS dan Dinamika Hara dalam Tanah dan Tanaman Kacang Tanah di Lahan Kering Tanah Alfisol. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 21 1 48-56Pemetaan Status Hara K, Ca, Mg Tanah Pada Kebun Kelapa Sawit Elaeis guineensis Jacq di Perkebunan Rakyat Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten SimalungunStar Pangaribuan MarudurSupriadi Dan SarifuddinMarudur, Star Pangaribuan., Supriadi dan Sarifuddin. 2013. Pemetaan Status Hara K, Ca, Mg Tanah Pada Kebun Kelapa Sawit Elaeis guineensis Jacq di Perkebunan Rakyat Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun. Jurnal Online Agroekoteknologi, 1 4 987-995Andri Dan NurwatiSudjudiNurwati, Andri dan Sudjudi. 2002. Hasil Penelitian Status Hara P dan K di Lahan Sawah Irigasi Kabupaten Bima. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Percepatan Pemetaan Status Hara Lahan Sawah. pp 141-150. Dalam Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pemupukan dan Pemulihan Lahan Terdegradasi, Bogor 29-30 Juni 2012. Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianD SukarmanDan S SetyoriniRitungSukarman., D. Setyorini., dan S. Ritung. 2012. Metode Percepatan Pemetaan Status Hara Lahan Sawah. pp 141-150. Dalam Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pemupukan dan Pemulihan Lahan Terdegradasi, Bogor 29-30 Juni 2012. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementrian Pertanian;Survei dan Pemetaan UnsurSukma TrihartoL Musa Dan GantarSitanggangTriharto, Sukma., L. Musa dan Gantar Sitanggang. 2014. Survei dan Pemetaan Unsur Hara N, P, K dan pH Tanah Pada Lahan Sawah Tadah Hujan di Desa Durian Kecamatan Pantai Labu. Jurnal Online Agroekoteknologi, 2 31195-1204Pedogenesis and Soil Taxonomy I. Concept and InteractionL P WildingL R DreesWilding, dan Drees. 1983. Spatial Variability and Pedology. Dalam Wilding, Semeck dan Hall ed.. 1983. Pedogenesis and Soil Taxonomy I. Concept and Interaction. Elsevier Science Publisher Amsterdam, Netherlands.

cara mendeteksi kandungan unsur hara dalam tanah